Kamis, 27 Oktober 2011

SOSIALISASI

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh standar “apakah seseorang itu baik atau tidak” di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
  • Formal : Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
  • Informal : Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Hal yang menyebabkan manusia perlu bersosialisasi antara lain:
  • Karena manusia tidak dapat hidup sendiri
  • Masing-masing individu memiliki perbedaan, sehingga dengan sosialisasi akan tercipta kerukunan, persatuan, dan saling menghargai.
      1. Pengertian Sosialisasi menurut Para Ahli
Ada banyak definisi tentang sosialisasi Makionis (1997) misalnya menyebut sosialisasi sebagai pengamatan social sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan.
Harton dan Hunt (1987 1989 ) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang internalisasikan norma-norma kelompok tempat hidup, sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik.
Giddens (1944 : 60) melukiskan proses sosialisasisebagai sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri pribadi yang berpengetahuan dan terampil akan cara hidupnya dalam kebudayaan tempat ia tinggal.
Ritcher JR (1987 : 139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat.
Stewart (1985:93) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses orang memperoleh kepercayaan sikap nilai dan kebiasaan dalam kebudayaan. Melalui proses sosialisasi akan tumbuh satu pribadi yang hak karena sifat-sifat kelompok tidak pernah diserap secara sama oleh masing- masing anggota kelompok.
Broom dan Selznic ( 1961 : 79 ) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses membangun atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang. Dari segi masyarakat sosialisasi adalah cara untuk mentransmisikan kebudayaan dan cara bagaimana seseorang di sesuaikan kedalam cara kehidupan yang telah diorganisir dari segi individu, soisalisasi adalah pemenuhan potensi pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Sosialisasi memanusiakan, manusia dan mengembangkannya agar menjadi pribadi yang mempunyai kesadaran identitasi mampu mengatur dan mendisiplinkan prilakunya, serta memilikinya cita-cita, nilai-nilai dan ambisi.

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik beberapa pengertian pokok tenteng sosialisasi sebagai berikut :
  • Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.
  • Dalam sosialisasi terjadi saling pengaruh antara individu beserta segala potensi kemanusian – kemanusiannya masyarakat beserta kebudayaannya
  • Melalui proses sosialisasi, individu menyerap pengetahuan, kepercayaan nilai – nilai norm, sikap dan keterampilan – keterampilan kebudayaan masyarakatnya.
  • Hasil Sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang menjadi satu pribadi yang unik, sedangkan kebudayaan masyarakat juga terpelihara dan berkembang melalui proses sosialisasi.
2. Proses Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi harus ada keaktifan dari individu untuk bergabung ke dalam suatu komunitas kelompok atau masyarakat. Keaktifan itu dapat dengan belajar dan penyesuaian diri. Agar dapat bersosialisasi dengan baik belajarlah dari lingkungan di sekitar kita, lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakatnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal. Apabila mampu beradaptasi maka sosialisasi akan mudah untuk dilakukan. Selain itu, agar seseorang dapat diterima sebagai anggota masyarakatnya, orang itu harus berusaha mempelajari nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Selain individunya sendiri yang berusaha untuk bersosialisasi, masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk meneruskan nilai, norma, dan semua kebudayaan kepada generasi berikutnya. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi bagi manusia. Dengan demikian, sosialisasi itu perlu agar seseorang dapat hidup dengan baik dalam masyarakat.
    1. Tahapan Sosialisasi Menurut George Herbert Mead
  1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap mempersiapkan untuk mengenal dunia biasanya pada bayi yang baru lahir
  1. Tahap meniru (play stage)
Tahap dimana seseorang anak dapat meniru secara baik dan sempurna
  1. Tahap bertindak (game stage)
Peranan dilakukan dengan penuh kesadaran
  1. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized other)
Yaitu dimana seseorang mampu menempatkan diri pada orang lain dan masyarakat luas

3. Hal-hal yang disosialisasikan
Hal – hal yang di sosialisasikan dalam proses sosialisasi adalah pengetahuan nilai dan norma serta keterampilan hidup. Pada akhirnya nilai dan norma sosialisasi itu di internalisasikan oleh orang yang terlibat dalam proses sosialisasi. Proses internalisasi adalah proses mempelajari atau menerima nilai dan norma social sepenuhnya sehingga menjadi bagian dari system nilai dan norma yang ada pada dirinya.

                 4. Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan mungkin saja terdapat perbedaan di antara satu lembaga dengan lembaga lain, satu kelompok dengan kelompok lain, dan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Namun demikian, sosialisasi itu memiliki banyak kesamaan tujuan. Adapun tujuan sosialisasi adalah sebagai berikut.
  1. Memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Sekolah merupakan media sosialisasi dalam proses transfer pengetahuan.
  2. Mengembangkan kemampuan seseorang agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Seorang yang mengajarkan cara berbicara yang sopan, merupakan contoh sosialisasi untuk tujuan ini.
  3. Menanamkan nilai-nilai dan norma bertingkahlaku sesuai dengan nilai, norma, dan kepercayaan yang ada pada masyarakat. Anak kecil yang dididik mengaji dan memahami ilmu agama merupakan contoh sosialisasi untuk tujuan ini.
  4. Untuk memahami peranan dan status sosial masing-masing. Orangtua mengajarkan anak tentang peran dia sebagai seorang anak, laki-laki ataupun perempuan merupakan contoh sosialisasi untuk tujuan ini.
                 4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Etika Seseorang
  • Pengaruh keluarga
Keluarga merupakan tempat tumbuhnya seorang individu,karena itu keluarga mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan etika seorang individu.individu akan berprilaku mencontoh orang tuanya atau keluarga dekat,akan berprilaku separti yang disuruh orang tuanya.keluarga yang berprilaku etis akan mendorong individu melakukan tindakan yang etis, sampai pada masa besarnya.
  • Pengaruh faktor situasional
Situasi akan menentukan etika individu.sebagai contoh,jika seseorang mencuri barangkali mempunyai karena ia membutuhkan uang tersebut karena anaknya sakit.meskipun nampaknya jalan yang diambil merupakan jalan pintas,tetapi situasi semacam itu membantu memahami kenapa seseorang dapat melakukan tindakan yang tidak etis.
  • Nilai,moral dan agama
Seseorang yang memprioritaskan sukses pribadi dan penyampaian tujuan keuangan tentunya mempunyai prilaku yang lain dibandingkan mereka yang memprioritaskan untuk menolong orang lain.keputusan dan prilaku manajer seringkali dipengaruhi oleh kepercayaan.sebagai contoh manajer yang percaya pada nilai kebersamaan tidak akan memberhentikan karyawan meskipun perusahaan sedang mengalami kesulitan.
  • Pengalaman hidup
Selama hidupnya,manusia mengalami banyak pengalaman yang baik,yang buruk,maupun yang jelek.pengalaman tersebut merupakan proses yang normal dalam kehidupan seseorang.sebagain contoh,seseorang yang mencuri kemudian tidak tertangkap barang kali akan mendorong mencuri kembali dimasa mendatang.sebaliknya jika ia tertangkap dan dihukum,dapat membuatnya jera untuk melakukan pencurian.
  • Pengaruh teman
Teman sebaya terutma akan berpengaruh terhadap pembentukan etika seseorang.contoh yang paling baik adalah masa kanak-kanak.bila seseorang anak
berteman dengan anak yang nakal,maka ada kecenderungan anak tersebut tertular nakal.demikian juga dengan teman permainan pada waktu seseorang individu menginjak dewasa.jika lingkungan mempunyai standar etika yang tinggi,seseorang individu akan cenderung mempunyai etika yang tinggi juga.

 Kesimpulan
Manusia dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu. Seiring dengan perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya untuk belajar mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja, terlebih dalam pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini merupakan proses alamiah. Proses sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntunan atau perilaku masyarakatnya. Sosialisasi dimulai dari keluarga kemudian ke tetangga, teman sebaya, sekolah, masyarakat terbatas, komunitas kerja dan masyarakat luas.
Referensi :
NAMA : LUCKY SUYANTI
KELAS : 1IA01
NPM : 54411137

Selasa, 25 Oktober 2011

ISD DALAM BIDANG PSIKOLOGI

 ILMU SOSIAL DASAR (ISD)
  • Pengertian ISD
ISD (ilmu Sosial Dasar) adalah pengetahuan yg menelaah masalah-masalah sosial, khususnya masalah yg ditimbulkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan teori-teori (fakta, konsep, teori) yg berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah).

ISD (Ilmu  Sosial Dasar) yang menjadi mata kuliah soft skill ini merupakan salah satu usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan. sehingga  kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.

  • Tujuan ISD
ISD membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yg lebih luas dan ciri – ciri kepribadian yg diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dlm menghadapi manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia – manusia lain terhadap manusia yg bersangkutan secara timbal balik.

ISD juga merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep2 yg dikembangkan untuk melengkapi gejala – gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.

 
PSIKOLOGI

1. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

2. Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup ( levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

3. Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya

Serge moscovici seorang psikolog sosial perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini, maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit.sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat).
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kerpibadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi sosial adalah mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat, dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan; kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh ketimbang di lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam bidang psikologi yang lain (psikologi kepribadian, perkembangan dan klinis) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu, biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana perkembangan orang itu? Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya? Mungkin orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya psikologi sosial lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi? Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi sosial adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan
alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu, tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan. Misalnya, orang miskin berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidka dapat membeli apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku criminal. Psikologi sosial biasanya juga menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan perilaku agresif.

4. Kesimpulan
Pada dasarnya psikologi sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya, dimana psikologi merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya.